Kamis, 28 November 2013

Sebuah Puisi. Sebuah Cinta.

---
Kulari ke hutan kemudian teriakku

Kulari ke pantai kemudian menyanyiku
Sepi.. sepi,, sendiri, aku benci
Aku ingin bingar, aku ingin di pasar
Bosan aku dengan penat
Dan enyah saja kau pekat
Seperti berjelaga jika kusendiri
Pecahkan saja gelasnya biar ramai!
Biar mengaduh sampai gaduh
Ada malaikat menyulam jaring laba-laba belang di tembok keraton putih
Kenapa tak goyangkan saja loncengnya
Biar berdera..
Atau aku harus lari ke hutan, belok ke pantai?


---
Perempuan datang atas nama cinta
Bunda pergi karena cinta
Atas dirinya digenangi air racun jingga
Adalah...
Wajahmu seperti bulan lelap tidur di hatimu
Yang berdinding kelam dan kedinginan
Ada apa dengannya?
Meninggalkan hati untuk dicaci
Percaya...
Sampai darah ke lututpun aku tak percaya
Lalu...
Rumput tersabit
Sekali ini aku melihat karya Surga
Dari matas seorang hawa
Percaya...
Tak tahu...
Ada apa dengan cinta?
Dan aku akan kembali dalam satu purnama
Untuk mempertanyakan kembali cintanya
Bukan untuknya, bukan untuk siapa
Tapi untukku
Karena aku ingin kamu!
Itu saja.



(Puisi diambil dari film Ada Apa Dengan Cinta)

Rabu, 27 November 2013

Terima Kasih Guru

Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku 'tuk pengabdianmu
Engkau bagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Tanpa tanda jasa

Lirik lagu berjudul Hymne Guru ini seakan melekat dibenak kita setiap peringata Hari Guru Nasional di Indonesia yang jatuh pada tanggal 25 November. Setiap baris lirik yang dilantunkan menggambarkan peran seorang guru yang begitu luar biasa mengubah mata setiap anak-anak muridnya untuk melihat betapa luas dan tak terbatasnya ilmu pengetahuan. Betapa ia rela berbagi dan mencurahkan segala tenaga dan waktunya untuk membuat setiap anak dapat mengenal dan menjelajahi dunia. Dengan sabar menuntun setiap anak untuk lepas dari jerat buta huruf. Memegang dan memeluk erat mimpi setiap anak muridnya. Dan membawa setiap anak berpetualang dengan alam, kehidupan, dunia, dan Tuhan.

Selamat Hari Guru, wahai sang cahaya dunia. Beribu ucapan terima kasih tidak 'kan cukup membalas jasamu yang bagai mutiara. Terima dan dengarlah lagu yang dipersembahkan hanya untuk engkau wahai guru yang mulia. Terima kasih untuk bersedia memeluk dan menghantarkan setiap mimpi dan masa depan ke tempat yang tertinggi di atas langit. Terima kasih. Terima kasih banyak guruku...


Minggu, 24 November 2013

Sosok - Etoga from Kamerun


Dalam tugas wawancara antarbudaya, saya berkesempatan untuk mewawancarai dan mengenal lebih tentang kebudayaan dan perilaku seseorang berkebangsaan Kamerun, sebuah negara kecil di bagian Afrika tengah. Namanya Etoga. Sekarang dia tinggal di Apartemen Mediterania, daerah kawasan Grogol, Jakarta Barat. Seorang laki-laki yang kisaran umurnya mungkin antara 24-30 tahun. Dengan ciri-ciri perawakan tinggi besar dan warna kulit yang seperti kebanyakan orang afrika lainnya, hitam pekat. Dan itu membuat saya awalnya merasa agak takut untuk menyapanya. Namun, tampang tidak menentukan kelakuan seseorang sama seperti penampilan luar. Seperti Etoga, yang ternyata dengan baik hati meluangkan waktunya untuk saya wawancarai. Walau kelihatannya dia sedang ingin sarapan waktu itu, karena saya melihat dia membawa sekantong roti yang sepertinya itu adalah sarapannya.

Kamis, 21 November 2013

MENGAIS RUPIAH DIUSIA SENJA - Feature


Diusianya yang menginjak setengah abad lebih, ia berjalan menyusuri setiap sudut Kota Jakarta menjajakan jasanya sebagai tukang reparasi sol sepatu. Mengejar waktu, bertarung melawan peluh dan kondisi fisik yang digerogoti oleh usia demi rupiah untuk keluaga kecilnya.

Pria senja ini bernama Didik. Profesi yang telah ditekuni selama 20 tahun terakhir bisa dibilang telah menyelamatkan kondisi dapur keluarganya agar tetap bisa mengepul. Dari matahari menampakkan wajahnya hingga beranjak untuk mempersilahkan sang penguasa malam hadir di langit Jakarta, ia berjalan sambil membawa tas kotak kayu yang berisi alat-alat yang digunakan “menyulap” sepatu pelanggannya dari yang tainya rusak agar bisa digunakan kembali. Ia tak pernah menghiraukan seberapa jauh ia harus membawa tubuh rentanya yang sering diserang penyakit akibat dimakan usia. Lelaki yang mengenakan sendal jepit dan topi lusuh ini hanya punya keyakinan bahwa kemana dan seberapa jauh langkah kaki membawanya Tuhan sudah menyediakan rezeki baginya di tempat ia menuju.

Fenomena K-Pop yang Mendunia



Sumber Gambar: Google


Apa yang ada di benak Anda jika mendengar sebuah negara bernama Korea Selatan?. Mungkin Anda akan langsung membayangkan tentang drama-drama Korea seperti Endless Love, Winter Sonata, atau Boys Before Flowers dengan pemain empat lelaki tampan dan kaya. Atau mungkin yang Anda pikirkan adalah Kimchi, yaitu asinan sayuran seperti sawi atau lobak yang dicampur dengan bubuk cabe atau bubuk kari yang berwarna merah yang dimakan saat musim dingin atau sebagai teman minum Soju, minuman beralkohol khas Korea Selatan. Mungkin juga yang ada di benak Anda adalah sebuah tempat bernama Pulau Jeju. Sebuah Pulau yang indah yang sekarang menjadi daya tarik pariwisata Korea Selatan yang ikut mendunia akibat fenomena drama-drama Korea yang menampilkan sisi pariwisata dan makanan khas Korea Selatan di setiap tayangannya.