Kulari ke hutan kemudian teriakku
Kulari ke pantai kemudian menyanyiku
Sepi.. sepi,, sendiri, aku benci
Aku ingin bingar, aku ingin di pasar
Bosan aku dengan penat
Dan enyah saja kau pekat
Seperti berjelaga jika kusendiri
Pecahkan saja gelasnya biar ramai!
Biar mengaduh sampai gaduh
Ada malaikat menyulam jaring laba-laba belang di tembok keraton putih
Kenapa tak goyangkan saja loncengnya
Biar berdera..
Atau aku harus lari ke hutan, belok ke pantai?
---
Perempuan datang atas nama cinta
Bunda pergi karena cinta
Atas dirinya digenangi air racun jingga
Adalah...
Wajahmu seperti bulan lelap tidur di hatimu
Yang berdinding kelam dan kedinginan
Ada apa dengannya?
Meninggalkan hati untuk dicaci
Percaya...
Sampai darah ke lututpun aku tak percaya
Lalu...
Rumput tersabit
Sekali ini aku melihat karya Surga
Dari matas seorang hawa
Percaya...
Tak tahu...
Ada apa dengan cinta?
Dan aku akan kembali dalam satu purnama
Untuk mempertanyakan kembali cintanya
Bukan untuknya, bukan untuk siapa
Tapi untukku
Karena aku ingin kamu!
Itu saja.
(Puisi diambil dari film Ada Apa Dengan Cinta)
Pecahkan saja gelasnya biar ramai!
Biar mengaduh sampai gaduh
Ada malaikat menyulam jaring laba-laba belang di tembok keraton putih
Kenapa tak goyangkan saja loncengnya
Biar berdera..
Atau aku harus lari ke hutan, belok ke pantai?
---
Perempuan datang atas nama cinta
Bunda pergi karena cinta
Atas dirinya digenangi air racun jingga
Adalah...
Wajahmu seperti bulan lelap tidur di hatimu
Yang berdinding kelam dan kedinginan
Ada apa dengannya?
Meninggalkan hati untuk dicaci
Percaya...
Sampai darah ke lututpun aku tak percaya
Lalu...
Rumput tersabit
Sekali ini aku melihat karya Surga
Dari matas seorang hawa
Percaya...
Tak tahu...
Ada apa dengan cinta?
Dan aku akan kembali dalam satu purnama
Untuk mempertanyakan kembali cintanya
Bukan untuknya, bukan untuk siapa
Tapi untukku
Karena aku ingin kamu!
Itu saja.
(Puisi diambil dari film Ada Apa Dengan Cinta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar